Helai-helai bunga dandelion berterbangan mengikuti irama sang bayu yang
bertiup sepoi-sepoi. Aku menarik nafas dan menghembuskannya berlahan
sekali, seakan-akan tidak angin serombongan semut yang berjalan berbaris
di atas kulit kayu pohon yang roboh di pinggir danau ini terusik oleh
keberadaan ku.
Sudah kurang lebih tiga jam aku menunggu nya di sini, tapi hingga saat
ini tak ada sama-sekali pertanda dia akan datang memenuhi janji yang
telah kami buat satu tahun yang lalu. Berbagai macam rasa bergejolak di
dalam hati, dan yang paling dominan menguasai adalah rasa marah dan
rindu.
Ku pejamkan mata ku sejenak, mencoba menyatu dengan alam dan ingatan ku
pun menghambur ke satu tahun yang lalu, saat aku dan dia duduk di sini
dalam dengan senyum yang merekah sambil memandang puluhan perahu kertas
lipat berwarna-warni yang berlayar tenang di danau yang biru. Saat itu,
ada rasa dan asa yang tak terbaca dan tercerita kala sesekali kami
beradu pandang dalam diam.
"Aku akan menjemput mu di waktu dan tanggal yang sama disini satu tahun
lagi, berjanji lah kamu akan ada di sini menunggu ku?", ujar nya saat
itu yang ku jawab dengan anggukan kepala seakan-akan mimpi, cita dan
cinta ku saat itu hidup kembali.
Tetapi, angin dingin bertiup menerpa ku yang kembali membuka mata, dan
memandang kembali ke dunia nyata yang hanya ada danau biru tanpa satu
pun perahu kertas yang berlayar di atas nya dan tanpa dia yang datang
memenuhi janji.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar